Stuck 23.01

Minggu, Mei 29, 2016

Aku pernah mendengar bahwa pada saat berumur 20 tahunan, akan terjadi konflik pada diri seseorang. Kita memang selalu mendapatkan konflik baik bersifat pribadi/personal, maupun sosial. Namun konflik umur 20 tahunan lebih istimewa (mungkin), entahlah.

Aku gak tau apakah pernyataan ini benar atau tidak. Tapi untukku pribadi ... ya. Konflik itu benar adanya. Ini bukan konflik tentang percintaan dan drama seperti halnya siswa SMA. Ini konflik yang lebih nyata.

Dahulu (ketika kukecil) ibuku, ketika aku menangis selalu menyuruhku diam. Ketika aku mengatakan,

"Ibu gak tau masalah yang aku alami,"

Ibuku menjawab, "Masalahmu apa? Mainanmu diambil teman? Jatuh di jalan? Kamu belum tau perasaan orang diluar sana yang kelaparan dan gak bisa makan,"

Dan ... akhirnya permasalahan itu terjadi. Bukan masalah mengenai kelaparan sepenuhnya, tapi permasalahan ketika kita dewasa kuakui begitu menyebabkan konflik batin yang berkepanjangan.

Ketika kita dewasa, kita akan bertemu dengan pilihan yang memaksa kita berspekulasi dan mengambil resiko, impian yang tak tercapai, keinginan yang membuat kita kebingungan, dan hal-hal lain yang kita tak bisa mengerti tanpa mengalaminya sendiri.

Pada akhirnya, untuk diriku sendiri, ketakutan dan kecemasanku menjadi bumerang bagi kehidupanku sendiri. Berusaha membahagiakan kedua orang tua, namun aku hanya bisa memilih kebahagiaan untuk salah satunya. Membuat jalan lain untuk kebahagiaan keduanya, dan pada akhirnya hanya terjebak dengan ketakutan pada orang lain. Judge. Judge. Judge. Orang-orang menjudge-ku karena mengecewakan salah satunya.

Sayangnya mereka tak pernah merasakan menjadi diriku.

Beberapa orang mungkin pernah berpikir betapa aku selalu berada dalam zona nyamanku. Padahal nyaris setiap hari aku selalu tak berada dalam zona nyamanku.

Aku harap kau tau betapa kerasnya aku bertahan dalam zona tak nyamanku

Entahlah . . .
Aku sedikit kebingungan ketika menginjak umur 20an. Kaget? Sudah pasti. Tapi kita tak pernah bisa tetap menjadi anak kecil. Kita harus dewasa.

Mau tidak mau.

Suka tidak suka.

Dan baru kali ini aku mengakui bahwa kita tidak bisa terus menerus menjadi seperti anak kecil.

Never grow up? I don't really know, but I think you have to grow up.

You Might Also Like

0 komentar

Subscribe