Holla ~
Salah satu dari sekian banyak kesenangan dan kesedihan yang datang bersamaan didapatkan oleh seorang manusia yang baru saja lulus kuliah adalah nganggur. Yups. I hate nganggur ...
Meskipun masih bisa makan kenyang, idup 'cukup' terjamin, bisa santai sepanjang hari, kapan lagi coba berasa bos - yang tanpa kerja bisa dapet makan gratis - selain masa-masa nganggur. Ya ... memang nggak setiap orang suka yang namanya nganggur sih. Bagiku yang sudah terlalu penat & cukup disibukkan dengan kehidupan perkuliahan menjadikan masa-masa menganggur ini sebagai kesempatan untuk mengurusi hobi-hobi yang terbengkalai, selain mengurusi rumah pastinya. (halahh)
Dulu sewaktu kecil, aku punya hobi mengoleksi buku diary. Berhubung dulu masih kecil, imut, chubby (jangan protes), aku mengoleksi buku diary bukan buat dipakai untuk menulis, melainkan dipakai untuk dinikmati sampul alias cover dari buku diary tersebut (hahahhaa jadi ketauan deh, suka nganggur beli buku diary). Begitu aku tumbuh menjadi seorang wanita yang semakin dewasa (aamiin) lama kelamaan ... gemes juga liat buku diary dengan cover diary asli yang masih alay tapi kece badaii karna masih keliatan bagus -kayanya-. Mau dipake malu-maluin, mau disimpen sayang juga. Mending buat buku catetan kalo di perpustakaan (maklum, hobi keperpus buat liat-liat & nyatet doang ..hihihhiii).
Anyway ... inilah sesosok buku diary yang telah dipoles sana-sini.
Bahan-bahannya simpel kok, hanya kertas kado, kertas HVS 1 lembar (untuk hiasan ditengah) & beberapa gambar pohon hasil cetak dari print. Untuk gambar pohon, aku memakai kertas yang biasa digunakan untuk mencetak foto versi murah, bukan kertas doff yang teksturnya kasar, tapi yang halus. Sayangnya kelemahan dari kertas cetak foto versi murah ini ialah kertas ini mudah terluka & tersakiti, sehingga begitu kita menyentuhnya dengan kuku-kuku kita yang cantik bersinar, dia akan tergores dan hilang warnanya. Selain itu, begitu selesai diprint, warnanya cepat sekali menempel di jari-jari kita, terlebih apabila jari-jari lentik kita basah. Kasihan sekali kertas itu . . . #skip
Sebenarnya inipun belum selesai karna masih ada tahapan yang bikin males. MEMBERI COVER PLASTIK. Nah lo ... kalo gak diberi cover, udah deh alamat gambar pohonnya cepet rusak, robek, tersakiti, terluka, dan lain sebagainya.
Buat tambahan, bagi para wanichaa-wanichhaa (baca: wanita) yang ingin mengcover diary, akan lebih cantik lagi bila menghiasinya dengan pita, atau hiasan lain yang mendukung. Apalagi kalo aku diberi hasil karyanya ..hihihhiii mauu donngggg #ngarep
Salah satu dari sekian banyak kesenangan dan kesedihan yang datang bersamaan didapatkan oleh seorang manusia yang baru saja lulus kuliah adalah nganggur. Yups. I hate nganggur ...
Meskipun masih bisa makan kenyang, idup 'cukup' terjamin, bisa santai sepanjang hari, kapan lagi coba berasa bos - yang tanpa kerja bisa dapet makan gratis - selain masa-masa nganggur. Ya ... memang nggak setiap orang suka yang namanya nganggur sih. Bagiku yang sudah terlalu penat & cukup disibukkan dengan kehidupan perkuliahan menjadikan masa-masa menganggur ini sebagai kesempatan untuk mengurusi hobi-hobi yang terbengkalai, selain mengurusi rumah pastinya. (halahh)
Dulu sewaktu kecil, aku punya hobi mengoleksi buku diary. Berhubung dulu masih kecil, imut, chubby (jangan protes), aku mengoleksi buku diary bukan buat dipakai untuk menulis, melainkan dipakai untuk dinikmati sampul alias cover dari buku diary tersebut (hahahhaa jadi ketauan deh, suka nganggur beli buku diary). Begitu aku tumbuh menjadi seorang wanita yang semakin dewasa (aamiin) lama kelamaan ... gemes juga liat buku diary dengan cover diary asli yang masih alay tapi kece badaii karna masih keliatan bagus -kayanya-. Mau dipake malu-maluin, mau disimpen sayang juga. Mending buat buku catetan kalo di perpustakaan (maklum, hobi keperpus buat liat-liat & nyatet doang ..hihihhiii).
Anyway ... inilah sesosok buku diary yang telah dipoles sana-sini.
Maaf, males ngedit, masih keliatan polos ginih ..huehee
(iyeee iyyeee gue tau, kertas kado sama gambarnye gak sinkron)
Bahan-bahannya simpel kok, hanya kertas kado, kertas HVS 1 lembar (untuk hiasan ditengah) & beberapa gambar pohon hasil cetak dari print. Untuk gambar pohon, aku memakai kertas yang biasa digunakan untuk mencetak foto versi murah, bukan kertas doff yang teksturnya kasar, tapi yang halus. Sayangnya kelemahan dari kertas cetak foto versi murah ini ialah kertas ini mudah terluka & tersakiti, sehingga begitu kita menyentuhnya dengan kuku-kuku kita yang cantik bersinar, dia akan tergores dan hilang warnanya. Selain itu, begitu selesai diprint, warnanya cepat sekali menempel di jari-jari kita, terlebih apabila jari-jari lentik kita basah. Kasihan sekali kertas itu . . . #skip
Sebenarnya inipun belum selesai karna masih ada tahapan yang bikin males. MEMBERI COVER PLASTIK. Nah lo ... kalo gak diberi cover, udah deh alamat gambar pohonnya cepet rusak, robek, tersakiti, terluka, dan lain sebagainya.
Buat tambahan, bagi para wanichaa-wanichhaa (baca: wanita) yang ingin mengcover diary, akan lebih cantik lagi bila menghiasinya dengan pita, atau hiasan lain yang mendukung. Apalagi kalo aku diberi hasil karyanya ..hihihhiii mauu donngggg #ngarep