Ah ... saya lagi giat-giatnya berkebun. Bahkan saya nggak merasa hopeless dengan kemampuan saya berkebun mengingat kegagalan-kegagalan yang pernah saya lalui. Dulu, ketika masih fresh graduate sebelum menjadi bosok graduate, saya sering mengisi kegiatan kosong saya dengan menjahit dan berkebun. Biji apapun saya coba tanam. Mulai dari biji alpukat yang saya tusuk menggunakan lidi dan direndam yang nggak tau sekarang berada dimana, hingga biji-biji melon yang saya tanam dengan jumlah 30 biji dan mati semua. Meskipun semuanya berakhir dengan gagal maning, gagal maning, tapi saya masih saja penasaran dengan skill menanam yang dapat menghemat uang belanja. Maklum lah, namanya juga wanita, uang seribu aja berharga.
Seperti yang sebelumnya pernah saya paparkan diartikel sebelumnya, saya curiga kegagalan-kegagalan yang saya alami dalam tanam menanam bermula dari kualitas tanah yang buruk dan mengandung berbagai bibit penyakit. Ketika saya menanam dengan menggunakan tanaman yang ada di kebun saya, tanaman saya selalu terkena busuk batang. Tanaman melon, mint, dan lain-lainnya mengalami busuk batang selang satu minggu setelah ditanam. Ketika menginjak minggu ke dua, tanaman saya ludes, hitam, mati seketika. Lah, gagal maning gagal maning.
Belajar dari pengalaman tersebut akhirnya saya memutuskan untuk membeli media tanam berupa tanah. Media tanam yang saya gunakan adalah media tanam tabulampot dengan dikemas dalam karung.
Tanah ini sudah mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Warna tanah ini hitam pekat dan sekilas dari yang saya lihat, media tanam ini sudah mengandung pupuk kandang dan sekam. Media tanam ini tidak padat dan ketika menyiram tanaman, air langsung mengalir dari bawah pot dengan lancar. Syukurlah. Karena jika air sampai tertahan di dalam tanah, tanaman yang berakar umbi bisa cepat busuk. Eh, iya kan? Iya 'kan ya?
Beberapa hari yang lalu, saya memutuskan menanam semua yang bisa ditanam setelah saya membeli media tanam ini. Mulai dari semangka, pepaya, kangkung, tomat, jahe, wortel, daun bawang, dan bawang merah. Banyak banget ya? Ah, tapi ya ... mumpung lagi semangat-semangatnya sih ya.
Dari sekian banyak tanaman, kebetulan hanya bawang saja yang hidupnya mulai terancam gara-gara sering terpapar hujan,petir, dan badai.
Gambar di atas diambil ketika bawang merah masih sueger-suegernya.
Sekarang tanaman bawang merah saya sudah mulai layu. Mungkin salah saya juga
menanam bawang merah ketika sedang musim hujan. Ya sudah lah, selamat tinggal bawang merah.
Khusus untuk tanaman tomat, saya terinspirasi dari salah satu postingan di pinterest. Dari gambar yang saya lihat, kayanya hanya tomat dipotong menjadi beberapa bagian dan diletakkan di tanah. Macam cewek-cewek lagi maskeran. Unyu unyu dehh.
Tanaman tomat memang tumbuh belakangan dan tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan semangka. Tapi tetap saja tanaman tomat terlihat lebih unyu unyu dibandingkan semangka dikarenakan hanya tumbuh kerdil dengan daun-daun yang masih kecil-kecil. Iegh ... unyu dehh. Gmz!
Melihat tumbuhnya tanaman-tanaman unyu-ku yang tersayang, harapan saya sih sebenarnya sederhana, dengan adanya media tanam yang saya beli dengan harga Rp. 25.000,- ini. Saya harap tanaman saya bisa tumbuh sehat, berbuah, dan berbunga. Rasanya saya sudah cukup menerima puluhan rasa patah hati dikarenakan tanaman-tanaman saya yang mati sebelum saya petik buahnya. Syungguh menyakitkan!
Seperti yang sebelumnya pernah saya paparkan diartikel sebelumnya, saya curiga kegagalan-kegagalan yang saya alami dalam tanam menanam bermula dari kualitas tanah yang buruk dan mengandung berbagai bibit penyakit. Ketika saya menanam dengan menggunakan tanaman yang ada di kebun saya, tanaman saya selalu terkena busuk batang. Tanaman melon, mint, dan lain-lainnya mengalami busuk batang selang satu minggu setelah ditanam. Ketika menginjak minggu ke dua, tanaman saya ludes, hitam, mati seketika. Lah, gagal maning gagal maning.
Belajar dari pengalaman tersebut akhirnya saya memutuskan untuk membeli media tanam berupa tanah. Media tanam yang saya gunakan adalah media tanam tabulampot dengan dikemas dalam karung.
Tanah ini sudah mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Warna tanah ini hitam pekat dan sekilas dari yang saya lihat, media tanam ini sudah mengandung pupuk kandang dan sekam. Media tanam ini tidak padat dan ketika menyiram tanaman, air langsung mengalir dari bawah pot dengan lancar. Syukurlah. Karena jika air sampai tertahan di dalam tanah, tanaman yang berakar umbi bisa cepat busuk. Eh, iya kan? Iya 'kan ya?
Beberapa hari yang lalu, saya memutuskan menanam semua yang bisa ditanam setelah saya membeli media tanam ini. Mulai dari semangka, pepaya, kangkung, tomat, jahe, wortel, daun bawang, dan bawang merah. Banyak banget ya? Ah, tapi ya ... mumpung lagi semangat-semangatnya sih ya.
Dari sekian banyak tanaman, kebetulan hanya bawang saja yang hidupnya mulai terancam gara-gara sering terpapar hujan,
Khusus untuk tanaman tomat, saya terinspirasi dari salah satu postingan di pinterest. Dari gambar yang saya lihat, kayanya hanya tomat dipotong menjadi beberapa bagian dan diletakkan di tanah. Macam cewek-cewek lagi maskeran. Unyu unyu dehh.
Sumber |
Tanaman tomat memang tumbuh belakangan dan tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan semangka. Tapi tetap saja tanaman tomat terlihat lebih unyu unyu dibandingkan semangka dikarenakan hanya tumbuh kerdil dengan daun-daun yang masih kecil-kecil. Iegh ... unyu dehh. Gmz!
Melihat tumbuhnya tanaman-tanaman unyu-ku yang tersayang, harapan saya sih sebenarnya sederhana, dengan adanya media tanam yang saya beli dengan harga Rp. 25.000,- ini. Saya harap tanaman saya bisa tumbuh sehat, berbuah, dan berbunga. Rasanya saya sudah cukup menerima puluhan rasa patah hati dikarenakan tanaman-tanaman saya yang mati sebelum saya petik buahnya. Syungguh menyakitkan!